Langsung ke konten utama

Cinta Semu


" CINTA SEMU "


Mencoba menuangkan isi pikiran yang semakin lama semakin membuat sesak. Cinta yang dulu aku anggap nyata ternyata hanya sebatas cinta semu yang jauh dari kata nyata. Tiga tahun lebih menjalin hubungan. Mengharapkan akhir yang bahagia, ternyata kandas di tengah jalan. Ya, semua berubah.

Aku sudah cukup lama menyadari bahwa hubungan yang aku jalani saat itu salah. Tapi, aku masih mempertahankan hubungan itu dengan harapan bahwa hubungan tidak halal itu suatu saat akan halal.

Napsu dan ego yang tak bisa dikendalikan.

Setelah pulang umroh, perubahan mulai terjadi. Risi dan malu rasanya, masih mempertahankan hubungan yang tidak halal ini. Campur aduk !

Namun, memang aku akui bahwa imanku saat itu belum terlalu kuat untuk melawan napsu dan egoku. Aku mencoba mengutarakan perasaanku kepada pasanganku kala itu, berharap dia mengerti keadaanku.

Aku tidak ingin lagi chat-an yang terlalu berlebihan, tidak ada kata sayang atau sejenisnya. Saat itu dia menerima.

Pakaian yang aku kenakan lama kelamaan berubah. Aku menjadi lebih menutup auratku dengan mengenakan pakaian yang tidak membentuk lekuk tubuh, memakai kaos kaki dan sedikit memanjangkan jilbabku.

Aku ingat, kala itu saat kita jalan berdua aku bertanya kepadanya “kamu keberatan gak kalo aku pake pakaian kaya gini?” dia menjawab “tidak, malahan besok kalo kamu udah jadi istriku aku pengen kamu pake baju kaya gini”  saat itu juga aku sedikit merasa lega.

Waktu terus berjalan, ternyata semua tidak berjalan sesuai keinginan (entahlah).

Salah paham terus saja terjadi, mulai dari masalah kecil hingga besar semua menumpuk tak kunjung usai.

Sampai akhirnya ada keraguan dalam diriku, bahwa mungkin hubunganku dengannya tidak akan berlanjut. Aku sempat menanyainya apakah ia kelak akan menikahiku? Ia jawab “ya aku ingin menikah” dan pertanyaan itu tidak hanya sekali aku tanyakan. Sampai akhirnya untuk terakhir kali aku bertanya kepadanya lagi dan ia menjawab “aku belum kepikiran nikah dan aku masih punya banyak tanggungan” (jangan tanya bagaimana perasaanku saat itu).

Ada hal yang lebih membuatku seperti tertimpa reruntuhan kapas, membuatku sesak namun tidak membuatku berdarah. Ya, saat dia diujung amarahnya dan dia bilang kalo selama ini dia keberatan kalau aku membatasi chat kami. Dalam hatiku, kenapa baru sekarang? Kenapa? Dan kenapa?

Oke baiklah, sudah cukup aku membuat dosa untuk orang tuaku, terutama bapak. Jujur saja, sudah tidak kuat lagi rasanya aku menanggung rasa bersalah ini,  kenapa aku bisa setega itu dengan bapakku sendiri? Kenapa aku mempertahankan orang yang belum tentu menjadi imamku? Lagi dan lagi, campur aduk !

Akhirnya dia mengakhiri hubungan kami, dia berkata tidak ingin menyakitiku lagi (jadi, siapa yang menyakiti siapa? Dan siapa yang salah? Sudahlah)

Hanya tertinggal penyesalan, kenapa aku menjalin hubungan ini? Kenapa aku bisa seperti ini? Andai saja dulu aku..andai dulu aku.. hanya tersisa andai dan andai.

Tiga hari awal tanpa komunikasi dengannya membuatku merasa ada hal yang hilang. Tidak bisa mengadu kepada siapapun termasuk keluarga dan saat itu setiap sholat aku hanya bisa menangis kepada Allah SWT.

Susah? Pasti, apalagi keluargaku sudah mengenalnya dengan cukup baik. Dan untuk pertama kalinya dan hari itu saat ulang tahunku, aku chat ibuku dan mengatakan bahwa hubunganku dengannya sudah berakhir. Apa tanggapan ibuku? Ibuku sama sekali tidak memihak kepada siapapun, termasuk aku. Ibuku hanya berpesan agar hubungan ini diakhiri dengan baik, karna dulu juga diawali dengan baik. Dan ibuku selalu mengingatkan bahwa mungkin dia bukan jodoh terbaik dari Allah untukku.

Suatu hari, aku tak sengaja melihat ig storynya, dan kalian tau apa storynya? Ya, dia posting dengan wanita lain. Padahal itu dalam jangka waktu yang belum lama, mungkin satu bulan. Dalam hatiku wah, secepat ini ya dia melupakanku. Sedih? Iya pasti, tapi tidak sampai berlarut-larut. Lebih banyak rasa syukur dan lega, karna tanpa aku menjelaskan panjang lebar dia sudah menampakkan sifat dan perasaan aslinya.

Aku masih berdo’a, semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, if happy is her, I’m happy for you.

Dan…

Terimakasih telah menyadarkanku bahwa berharap kepada manusia adalah sebuah kesalahan besar.

Terimakasih telah menyadarkanku bahwa ada kebahagiaan yang luar biasa dibandingkan dengan menjalani hubungan tidak halal, yaitu hubungan keluarga dan teman.

Terimakasih telah menyadarkanku bahwa ada cinta abadi dan nyata di dunia ini, yaitu cinta kepada Allah SWT dan keluargaku.

Terimakasih telah menyadarkanku bahwa cinta semu yang tidak diridhoi Allah ini hanya membuatku jauh dari Allah SWT.

Terimakasih telah membuat jalanku menjadi lebih mudah untuk bisa mendapatkan calon imam yang mencintaiku karena cintanya kepada Allah dan mengurangi dosa yang aku perbuat di dunia ini.

Terimakasih dengan berakhirnya hubungan tidak halal ini, aku bisa semakin dekat dengan Allah dan keluargaku.

Terimakasih telah menyadarkanku, adalah sebuah kesalahan untuk lebih mencintai ciptaan-NYA dari pada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dan kini, aku tidak ingin cintaku kepada makhluk Allah menghalangi cintaku kepada Allah. Aku ingin sejatuh-jatuhnya cinta kepada Allah, agar kelak, ketika aku bertemu dengan calon imamku, aku bisa jatuh cinta kepadanya karena Allah SWT.

Dan terimakasih telah menyadarkanku, dengan berakhirnya hubungan ini, ternyata ada banyak orang yang menyayangiku dan mendukungku, yaitu keluarga dan teman-temanku.

SEKIAN.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia

Dia Aku menemukan hal baru dalam hidupku. Suatu hal yang membuatku nyaman di tanah perantauan. Aku belum lama mengenalnya, tapi dia dengan cepat menyita perhatianku.  Dia bukan orang yang sempurna. Tapi ketidaksempurnaannya membuatku paham, bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Banyak sekali orang berlalu lalang di hadapanku, tapi kenapa harus dia? Aku menganggap ini semua takdir. Ya, takdir yang mempertemukanku dengannya. Sampai saat ini, aku belum paham apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku ingin lebih lama dengannya. Ingin menjalani hari-hari yang melelahkan ini dengannya.  Ya, dia salah satu penyemangatku di tanah asing ini. Aku merasa nyaman di dekatnya. Aku ingin duduk berdua dengannya di tempat yang indah dan menceritakan segalanya kepadanya. Indah bukan?  Dia selalu berkata,aku terlalu baik untuknya. Tapi,aku ingin mengatakan bahwa aku baik karna dia. Aku berusaha menjadi terbaik untuknya. Hanya ingin dia tahu, bahwa aku sedang meman...

Cerpen

Perjuangan Seorang Gadis Mengingatkanku pada sebuah perjuangan seorang gadis yang ingin menggapai impiannya kala itu. Tepat setahun yang lalu.. Ia baru saja lulus SMA. Seperti siswa pada umumnya,ia ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Semua memberi pendapat. Keluarga,sahabat,guru hingga orang yang mungkin belum ia kenal sebelumnya. Dalam hatinya ia berkata Apa yang harus aku lakukan? Mana yang harus aku dengar? Mana yang harus aku ikuti? Semua ini membuatku bingung dan muak              Libur panjang setelah pengumuman ujian telah tiba. Ia dinyatakan lulus. Namun kata “lulus” saat itu belum memberinya angin segar. Waktu terus bergulir hingga waktu pengumuman seleksi jalur rapor tiba. Tulisan warna merah dengan kata “maaf” yang tertera. Ya,ia gagal melalui jalur itu. Hatinya makin bergejolak melihat teman-temannya yang sudah lolos tahap itu. Masih ada jalur ujian tertulis yang menunggunya. Ia menu...

Quarter Life Crisis - HNA

                                                                 Quarter Life Crisis      Quarter life crisis adalah periode yang dialami oleh seseorang dengan rentang usia 20-30 tahunan. Seseorang yang sedang mengalami masa ini akan merasa khawatir, bingung, dan memertanyakan kehidupannya selama ini. Sudah melakukan apa saja selama 25 tahun hidup? Sudah meraih apa saja selama hidup? Kok pencapaian teman-temanku lebih baik dari aku ya? Dst.      Setiap orang pasti memiliki rasa dan cara yang berbeda untuk menghadapi quater life crisis . Di sini, aku ingin berbagi pengalamanku saat periode ini menghampiriku. Apa saja yang aku rasakan dan bagaimana aku mengatasinya.      Saat ini, usiaku sudah menginjak 25 tahun. Aku mulai mempertanyakan apa yang sudah ...