Langsung ke konten utama

Cerpen 3



“Perjalanan Kisahku”

Kisah hidup tak ada bedanya dengan kisah cerita fiksi. Pendahuluan,klimaks dan penyelesaian. Semua berderet rapi.Dalam kisah hidup inilah kita di tuntut untuk mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya.Layaknya sebuah amanat dalam cerita fiksi.
Aku terlahir dalam keluarga sederhana. Ayah,ibu,kakak dan aku. Keluarga kecil yang selalu membawa kebahagiaan dalam hidupku. Namun kini,kebahagiaanku berkurang setelah kepergian ayahku. Ayahku tutup usia karna kecelakaan pesawat. Tepat dua tahun yang lalu. Namun kini,keluarga kecilku mulai bangkit kembali.
            Mentari pagi tampak malu-malu menampakkan sinarnya.Adzan shubuh berkumandang. Seperti biasa,setelah menunaikan ibadah sholat shubuh aku bergegas membantu ibuku didapur.
            “Hari ini mau buat apa bu?”
            “Kue aja sayang”
“Bu,pokoknya ibu gak boleh kecapekan ya. Ibu harus jaga kesehatannya.Mila bakal cari kerja paruh waktu buat bantu ibu.”
            “Iya nak ibu pasti jaga kesehatannya. Kamu gak perlu kerja,biar ibu aja”
“Pokoknya aku mau bantu ibu,titik”
“Yaudah,sana kamu siap-siap sekolah aja . Udah siang lho”
“Siap bu”
Aku menimba ilmu di salah satu SMA favorit di Jogja.Kakakku kini sudah tamat SMA dan melanjutkan studinya ke luar negeri berkat beasiswa yang diberikan oleh SMAnya dulu.
Aku berangkat sekolah dengan menenteng kue yang akan aku titipkan di kantin sekolah. Setelah kepergian ayah,ibu banting tulang mencari nafkah untuk keluarga kecilku ini.
Setibanya di sekolah aku langsung menitipkan kueku dan bergegas masuk kelas.Tak jarang aku di ejek oleh teman-temanku. Seperti pagi ini,aku menemukan remasan kertas di lokerku.
Cewe miskin pengantar kue.
Aku hanya bisa menghela nafas. Aku tau pelakunya,aku kenal tulisan siapa ini. Angel. Dulu dia temannku,tapi setelah kepergian ayahku dia mulai menjaga jarak dariku. Entah apa alasannya. Mungkin karna kondisi keluargaku yang sudah berubah.
            “Selamat pagi anak-anak”
            “Pagi bu”
            “Ibu akan bagikan ulangan minggu lalu,seperti biasa Mila mendapat nilai sempurna”
Alhamdulillah.Ucapan yang selalu aku panjatkan atas nikmat dari-Nya.
            “Selamat ya Mila,beruntungnya aku punya temen kaya kamu”
            “Ahh,Fina..aku masih banyak kekurangan kok”
Bel pulang berbunyi..Teett..teett
Aku bergegas ke kantin untuk mengambil hasil penjualan kueku,hasilnya lumayan.
Didepan rumahku berdiri salah satu tetanggaku. Ada apa?
            “Eh nak Mila,ayo cepet !.”
            “Ada apa bu?”
            “Ibu kamu masuk rumah sakit tadi,ayo ibu antar ke rumah sakit”
            “Ibu..”
Dalam perjalanan,air mataku terus menetes. Berharap ibu baik-baik saja.
            “Ibuu.Ibu kenapa?Kok bisa kaya gini?”
            “Ibu gakpapa kok.Mungkin kecapekan aja.”
            “Mila bilang apa tadi pagi bu,jaga kesehatannya. Mila khawatir banget sama ibu.”
Aku bermalam di rumah sakit.Aku hampir lupa mengabari kakakku tentang keadaan ibu.Segera aku mengambil telpon genggamku dan mengirim sebuah sms.
Kakak ibu sakit. Tapi kakak gak usah khawatir,aku pasti jagain ibu disini. Kakak harus selalu sehat disana ya.Aku sayang kakak.
Malam seakan tau apa yang aku rasakan. Malam yang biasanya bertabur bintang,malam ini kosong. Seperti bintang yang terbalut awan hitam.
Keheningan malam merasuk ke otakku.Dan membawa pikiranku keapada ayahku.
Ayah,ayahapa kabar disana? Ibu sakit yah,kakak belum pulang. Adek kangen banget sama ayah. Ayah,ayah baik-baik disana ya. Adek bakal jaga ibu.Adek sayang ayah. Love you forever .
Air mataku mulai tak terbendung dan akhirnya jatuh.
Hpku berdering memecah suara tangisku.Satu pesan dari kakakku.
Ya Allah,ibu sakit apa dek? Maaf kakak belum bisa pulang. Pasti dek,pasti kakak jaga kesehatan disini. Adek disana baik-baik ya..tolong jaga ibu sampai kakak pulang.
Bibirku semakin terbungkam.Dan air mataku semakin deras mengalir.
Tuhan,aku tau engkau maha adil dan bijaksana..
Aku juga tau,engkau tak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hambanya..
Aku mohon,kuatkan aku dan keluargaku..Aamiin
            “Permisi,keluarga Ibu Yani?”
            “Ya,saya anaknya sus”
“Maaf dek,ada beberapa administrasi yang harus di bayar. Tolong secepatnya ke ruang administrasi”
Aku bergegas menuju ruang administrasi.
“Maaf mbak,saya anak dari ibu Yani. Katanya ada administrasi yang harus segera di bayar?”
“O iya,ini dek”
“Astagfirullah,tiga juta?”
“Iya.Tolong segera dilunasi,agar ibu Yani dapat segera pulang karna keadaanya sudah mulai membaik”
Pagi hari tiba.Aku berangkat sekolah dari rumah sakit.Langkah kakiku layu, disertai dengan perasaankhawatir karna harus meninggalkan ibu sendiri di rumah sakit. Tapi ibu selalu meyakinkanku,bahwa beliau baik-baik saja.
Di sekolah..
            “Mila,tadi kamu ditanyain ibu kantin. Kok tumben gak nitipin kue gitu”
            “Ibuku sakit Fin”
            “Ya ampun sakit apa? Di rawat di rumah sakit?”
“Kata dokter cuma kecapekan aja. Iya Fin. Aku bingung Fin.”
“Bingung kenapa?”
“Aku bingung cari uang buat bayar biaya rumah sakit ibuku”
“Eh iya.Tadi pagi aku lewat cafe seberang jalan.Aku liat ada lowongan pekerjaan disana.Kamu coba aja!”
“Masa Fin? Serius?”
“Iya,duarius deh”
“Oke deh.Makasih infonya.Sepulang  sekolah aku langsung kesana”
Sepulang sekolah aku bergegas menuju cafe seberang jalan. Setelah menawarkan diri,ternyata aku di terima menjadi pegawai paruh waktu. Entah kebetulan atau apa,pemilik cafe ini adalah teman ayahku dulu.
“Maaf pak,bisa tidak seandainya saya minta gaji di muka? Saya harus membayar biaya rumah sakit ibu saya”
“Wah,untuk karyawan baru saya tidak berani memberi gaji di muka. Tapi karna saya kenal dengan almarhum ayah kamu,saya akan berikan kamu gaji di muka. Dengan syarat kamu harus bekerja keras”
“Iya,iya pak. Pasti !”
Akhirnya dengan gaji dan sisa tabunganku,biaya rumah sakit ibu bisa terlunasi dan ibu bisa pulang ke rumah.
            “Selamat kembali ke rumah ibu”
            “Nak,ibu mau tanya”
            “Iya,apa bu?”
“Kemarin kamu bayar rumah sakit gimana? Kamu dapet uang darimana?”
“Ibu gak usah khawatir ya. Aku sekarang udah kerja paruh waktu di cafe seberang sekolahku”
“Maafin ibu nak,maafin ibu”
“Ibu gak usah minta maaf,aku cuma berusaha menjadi anak yang berbakti bu”
Siang hari sepulang sekolah aku langsung pergi ke cafe dan bekerja. Saat aku sedang membersihkan meja tiba-tiba..
            “Hey pelayan !”
Aku? Pelanggan itu sepertinya memanggilku.Ya,Angel dan teman-temannya.
            “Aku pesen jus mangga satu. Hey,kalian mau pesen apa? Pesen aja”
“Kita sama aja deh”
“Oke,jus mangga empat. Cepet gak pake lama !”
            “Mohon tunggu sebentar”
Aku mengantar pesanan ke meja Angel dan teman-temannya.
            “Silahkan..”
            “Jus apa ini? Gak enak !”
            “Maaf biar saya ganti”
            “Gak usah !ayo temen-temen kita pergi aja dari sini.”
Aku menghela nafas panjang. Cobaan apa lagi ini. Aku lakukan ini semua demi keluargaku.
Saat di sekolah Angel dan temannya kembali mengejekku.
            “Hey pelayan,pelayan kok masuk sekolah sih? Sana kerja yang bener!”
Aku hanya tersenyum dan beranjak meninggalkan Angel dan temannya. Sampaii…
            “Hey !kamu tuh gak tau diri ya ! udah yatim,miskin lagi”
“Astagfirullah. Angel,aku selama ini udah berusaha sabar sama kamu. Tapi kamu sekarang udah kelewatan! .Memang ayahku udah meninggal.Tapi pesan ayahku selalu ada di fikiranku. Kamu tau apa? Harta bukan segalanya,tapi kebersamaan keluarga itu segalanya.”
            “Kamu nyindir aku?”
            “Sama sekali enggak,ini fakta. Aku tau kamu kaya tapi kamu selalu gak ada waktu bersama keluarga kamu. Angel,dulu kita berteman. Dan gak ada namanya mantan teman.Aku masih anggep kamu temen aku. Permisi..”
Aku meninggalkan Angel dan teman-temannya.Dan bergegas masuk kelas.
Ujian nasional sudah di depan mata. Aku sengaja meminta cuti kepada bosku untuk fokus belajar.Syukurlah bosku memahami keadaanku.
Ujian berjalan lancar.Kini aku hanya tinggal menunggu hasilnya.
Hari berganti minggu,sampai akhirnya pengumuman UN. Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Aku juga mendapat beasiswa untuk kuliah di salah satu Universitas ternama di Jogja. Sungguh,ini benar-benar berkah.
            “Hey Mila !”
Terdengar suara yang tak asing. Ya,Fina.
            “Akhirnya kita lulus ya!dan lagi-lagi kamu dapet nilai yang sempurna”
            “Ini cuma hasil kerja kerasku selama ini Fin. Nilaimu juga bagus kok”
            “Hey Mila”
Suara Angel. Tapi kini lebih lembut dan hangat.
            “Hey Angel. Sini duduk bareng”
            “Iya.emm,Mila maafin aku selama ini ya. Maaf”
            “Ah,udah aku maafin dari dulu kok. Udah gak usah minta maaf gitu”
            “Makasih Mila,makasih banget. Aku tau perlakuanku waktu itu emang gak pantes”
            “Udah,gakpapa kok. Yang lalu biarlah berlalu”
            “Hemm,dari pada kaya gini ayo kita berpelukan ajaa..”
Perjuanganku di SMA kini telah usai. Kisahku di SMA dari pendahuluan,klimaks sampai penyelesaian sudah aku lalui dengan akhir yang cukup baik.
Tak selang berapa lama,kakakku pulang dari luar negeri. Akhirnya keluarga kecilku berkumpul kembali. Aku tau,ayah pasti melihat kami dari atas sana. Kini,aku tak harus bekerja lagi. Karna kakakku sudah menggantikan posisiku dan posisi ibuku untuk bekerja.
Kini aku hanya fokus dengan kisah baruku.Kisah di dunia perkuliahan. Menjalani kembali pendahuluan,klimaks sampai penyelesaian. Di kisahku kali ini,aku bisa pastikan akhir dari kisah ini pasti akan lebih baik dari kisahku sebelumnya. 

TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia

Dia Aku menemukan hal baru dalam hidupku. Suatu hal yang membuatku nyaman di tanah perantauan. Aku belum lama mengenalnya, tapi dia dengan cepat menyita perhatianku.  Dia bukan orang yang sempurna. Tapi ketidaksempurnaannya membuatku paham, bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Banyak sekali orang berlalu lalang di hadapanku, tapi kenapa harus dia? Aku menganggap ini semua takdir. Ya, takdir yang mempertemukanku dengannya. Sampai saat ini, aku belum paham apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku ingin lebih lama dengannya. Ingin menjalani hari-hari yang melelahkan ini dengannya.  Ya, dia salah satu penyemangatku di tanah asing ini. Aku merasa nyaman di dekatnya. Aku ingin duduk berdua dengannya di tempat yang indah dan menceritakan segalanya kepadanya. Indah bukan?  Dia selalu berkata,aku terlalu baik untuknya. Tapi,aku ingin mengatakan bahwa aku baik karna dia. Aku berusaha menjadi terbaik untuknya. Hanya ingin dia tahu, bahwa aku sedang meman...

Tak Mudah untuk Melangkah

  Tak Mudah untuk Melangkah     Aku tenggelam.. Aku tenggelam dalam rasa takut yang kian hari kian membelengguku. Stuck ! aku tak bisa bergerak. Aku melihat kebelakang, ternyata sudah cukup jauh aku berjalan. Tapi untuk melangkah kedepan sungguh aku tak mampu, aku takut.. Lalu aku memilih untuk menghindarinya, menghindari tanggung jawab untuk melangkah maju melanjutkan perjalananku yang mungkin belum setengah jalan aku jalani. Aku memilih untuk tetap diam dan menunggu..   Aku kira, dengan menghindar akan membuatku lebih baik Tapi ternyata aku salah, aku salah besar.. Semakin hari semakin sesak dan semakin gelisah.. Aku dihantui tanggung jawab yang tak kunjung terselesaikan   Pada akhirnya, aku mencoba bangkit.. I say to myself “aku gak bisa kaya gini terus”   Aku ingat sekali, beberapa hari sebelum aku berjuang lagi aku selalu curhat ke Allah Karena saat itu aku merasa, aku butuh kekuatan yang jauh lebih besar dari kekuatan manusia dan aku merasa mungkin ma...

Hijrahku - Part 1

Hijrahku Aku tidak ingat secara pasti, kapan keinginan dan rasa itu muncul. Tapi sepertinya, keinginan dan rasa itu muncul 2th yang lalu. Keinginan untuk menjadi pribadi dan muslimah yang lebih baik, yaa kalau jaman sekarang sering disebut ‘hijrah’ katanya. Tapi untuk menyebut diriku hijrah, sepertinya belum pantas, karena aku masih banyak sekali kekurangan.. Malu, malu dengan pakaianku yang dulu membentuk lekuk tubuh dan auratku masih terlihat. Hijrah dalam konteks islam bearti memutuskan atau meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintaiNYA (Kumparan.com, 2017). Jujur saja, banyak sekali hal yang harus di pertimbangkan atau mungkin lebih tepatnya aku memang belum siap waktu itu. Ada rasa takut, ragu, khawatir, gak pede dan sebagainya.. Takut, kalau aku gak bisa istiqomah Ragu, apa aku bisa? Khawatir dengan tanggapan orang nanti gimana yaa.. Dan gak pede karena penampilan baruku pasti sedikit banyak akan jadi perbincangan orang.. Salah satu ...